Dianugerahi gelar Legion of Honour, McEnroe mengharapkan turnamen yang sangat terbuka
Pada hari Rabu, John McEnroe diangkat menjadi Ksatria Legiun Kehormatan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Merasa terhormat atas kariernya, tetapi juga atas semua keterlibatannya di dunia tenis, juara Amerika ini mengaku bersyukur: "Seperti yang Anda tahu, ya, saya bangga dengan karier saya, meskipun Anda selalu berpikir Anda bisa melakukan hal lain. Yang paling saya banggakan, sebagai pribadi, adalah seberapa jauh saya telah mencapai titik ini, di mana, pada usia 65 tahun, setelah semua yang terjadi di dunia olahraga, dan setelah terlibat dalam tenis selama hampir lima puluh tahun, mendapat penghargaan dengan cara ini membuat saya berpikir bahwa mungkin saya telah melakukan sesuatu yang benar.
Ada pasang surut, seperti dalam kehidupan setiap orang, tetapi saya telah mengatasi banyak hal. Bersama istri kedua saya selama hampir 30 tahun adalah seperti kesempatan kedua. Memiliki anak dan mempelajari pelajaran hidup, seperti orang lain, telah membantu saya untuk berkembang. Saya selalu mencoba melakukan sesuatu, bahkan ketika itu tidak berhasil.
Saya senang masih terlibat dalam tenis. Akademi saya, tugas komentator saya, masih bermain tenis, karena saya menyukainya, semua hal ini telah memberi saya banyak hal, berkat apa yang telah saya capai dalam karier saya di lapangan."
Ketika ditanya tentang masa depan Prancis Terbuka, ia juga mengatakan bahwa ini akan menjadi salah satu turnamen paling terbuka yang pernah kita lihat dalam waktu yang lama: "Saya dapat melihat bahwa turnamen ini tidak pernah seterbuka ini selama lebih dari 20 tahun. Seharusnya ada beberapa pemain yang mengatakan 'akhirnya' karena ini mirip dengan apa yang saya alami ketika Björn (Borg) memenangkan semua Prancis Terbuka, meskipun saya tiba sedikit lebih lambat. Hampir tidak mungkin untuk mengalahkannya di lapangan tanah liat, yang tentu saja terjadi pada Rafa beberapa saat kemudian. Itu adalah situasi yang tidak biasa. Jadi, di satu sisi, ini sangat menarik. Dan hasil undian putra lebih tidak terduga daripada turnamen putri. Jika Iga Swiatek tidak menang, hanya ada satu atau dua orang yang bisa menggantikannya.
