Istilah Fan Week semakin populer di dunia olahraga. Dengan tujuan menghidupkan tenis dan membuatnya menarik di mata semua kalangan, acara yang kini menjadi elemen penting di beberapa turnamen besar ini menikmati kesuksesan yang terus bertumbuh.
Lama dianggap sebagai sekadar hidangan pembuka sebelum pertunjukan utama, minggu kualifikasi kini menjelma menjadi acara penuh. Di antara emosi mentah, inovasi spektakuler, dan rekor kehadiran, Opening Week mengguncang pakem tenis dunia.
Pada 1973, Billie Jean King melakukan lebih dari sekadar mengalahkan Bobby Riggs: ia meruntuhkan sebuah simbol. Lima dekade kemudian, "Pertarungan Antar Jenis Kelamin" lahir kembali lewat Aryna Sabalenka dan Nick Kyrgios, tetapi kali ini, pertarungan itu tampaknya telah kehilangan ruhnya.
Media sosial telah membuka era baru bagi tenis: era ketika popularitas dibangun sama kuatnya di lapangan maupun di Instagram. Namun, sejauh mana pencarian visibilitas ini dapat berlangsung tanpa mengguncang keseimbangan para pemain?
Tiga operasi, puluhan suntikan, dan tekad baja: Del Potro bercerita tanpa filter tentang tahun-tahun penderitaannya dan mengungkapkan bagaimana kecerdasan buatan kini hadir dalam pencariannya untuk sembuh.
Sebelum pensiun pada 2026, Stan Wawrinka dapat mengandalkan statistik yang menempatkannya berbeda di era Big Three, bahkan melampaui tiga gelar Grand Slam-nya.
Enam belas tahun setelah kemenangan bersejarahnya di US Open, Juan Martin Del Potro kembali merasakan emosi pertandingan legendaris melawan Roger Federer. Antara merinding, tekanan, dan kenangan yang terukir selamanya, petenis Argentina itu menceritakan bagaimana pertandingan itu mengubah hidupnya.
Dalam kesaksian tanpa filter, David Nalbandian mengungkit final Piala Davis 2008. Antara kelelahan, ketidaksepakatan, dan keputusan kontroversial, Argentina, menurutnya, melewatkan gelar yang sebenarnya dalam genggaman.