"Saya Tidak Akan Menjadi Pria yang Lebih Bahagia Jika Saya Menang Grand Slam," Pengakuan Tsonga

le 26/06/2025 à 08h53

2 min to read

Jo-Wilfried Tsonga adalah mantan pemain peringkat 5 dunia. Petenis Prancis ini, yang memenangkan 18 gelar di sirkuit ATP termasuk dua di Masters 1000, juga pernah mencapai final Australia Open 2008, mengalahkan Murray dan Nadal di perjalanannya sebelum akhirnya kalah dari Djokovic.

Pria asal Le Mans ini membangun catatan karir yang sangat baik, bersaing di era Big 3, periode paling kompetitif dalam sejarah tenis dengan tiga pemain terhebat sepanjang masa.

Menjadi tamu dalam podcast Kevin Ferreira di YouTube beberapa minggu lalu, mantan petenis berusia 40 tahun yang pensiun sejak 2022 ini menceritakan kembali masa-masanya di sirkuit.

"Saya bisa bilang saya sudah mengalahkan semua pemain terbaik dunia, semua anggota Big 3. Tapi, meski begitu, saya yakin saya tidak akan menjadi pria yang lebih bahagia jika saya menang Grand Slam.

Mungkin saya akan punya beberapa juta euro lebih di rekening bank, tapi itu kebahagiaan sesaat. Itu bukan tujuan utama hidup saya," ujarnya sebelum bercerita tentang penyesalan terbesarnya, yang tidak berkaitan dengan permainan itu sendiri.

"Apa yang bisa saya lakukan lebih baik dalam karir saya? Berbahasa Inggris. Menganalisis sirkuit lebih mendalam, merasa seperti di rumah di mana pun di dunia. Bagi saya, itu adalah hambatan.

Awalnya, bahasa Inggris saya sangat buruk sampai-sampai, meski akhirnya bisa bercakap-cakap, saya tidak merasa nyaman. Rasanya tidak alami, saya harus berkonsentrasi untuk mengucapkan kata-kata dengan benar, dan itu tidak mudah.

Saya menyesal tidak lebih terbuka pada dunia. Saya pernah bekerja dengan pelatih asing, tapi agak terlambat. Saya hanya punya satu pelatih Australia (Roger Rasheed) dan satu pelatih Spanyol (Sergi Bruguera). Saya belajar banyak, tapi bisa lebih dari itu," tutup Tsonga.